Jumat, 17 April 2015

UN JUJUR (?)

sudahlah saya pun sedih. saya pun menghela napas.

Ini bukan kali pertama. Mimin punya sebuah cerita kisah nyata tentang Ujian dan Jujur.

Namanya Lala (Bukan Nama Sebenarnya). Sering kali mimin mengetahui curhatan Lala. Menurut Mimin, Lala adalah anak yang cerdas ia mampu berprestasi sekarang duduk dibangku kelas XII atau sebagai peserta UN.

Penggalan cerita ini mungkin agak klise atau biasa saja.

Lala adalah sosok yang anti nyotek saat duduk dibangku SMP. INGAT! ini kisah NYATA. Tapi beberapa tahun ini ia berubah. Lala bersekolah di SMA favorit di daerahnya, hhhmmm semua perubahan ini dimulai saat penerimaan rapor semester I SMA, Lala begitu terkupul semenjak SMP yang tak pernah tak juara 1, kini ia harus keluar dari 10 besar bahkan mimin melihatnya sendiri menangis seminggu penuh pasca penerimaan rapor, mungkin dibenak pembaca dia adalah anak yang pemalas saat itu. Entahlah coba tanya sendiri ke Lala nya hehehe.

Singkat cerita walaupun Lala perlahan kembali masuk 10 besar. Tapi perasaan menyakitkan tentang NILAI masih ada dibenaknyaknya. Ia bahkan pernah bercerita bahwa "Tak ada Lagi yang Jujur" itu yang membuat saya sedih. Perlahan pasti. Memang teman-teman Lala dan Lala juga belajar keras, namun nilai yang tertuang di rapor itu, Apatah nilai kejujuran atau obral. Satu hal yang Lala dapatkan ini semua karena "TERPAKSA", itu penuturan mereka. Salah satu guru Lala Pernah menyuruh semua teman kelas Lala untuk menuliskan nilai rapor yang diinginkan pada secarik kertas ulangan. Langsung saja semua anak menuliskan angka yang mendekati 100. Batin Lala berkecamuk saat itu, "Aku akan punya DOSA lagi" mungkin itu dipikiran Lala hingga air mata jatuh deras jua. Semester V, semua siswa berlomba mendapatkan nilai tertinggi karena inilah penentu akhir nilai rapor yang bakal jadi salah satu penentu SNMPTN. Sedih rasa lihat Lala, yahhh mungkin anak ini tak begitu giat belajar tapi masih ada rasa Jujur dalam hatinya hingga air mata terus jatuh melihat teman lain mendapatkan nilai 100, walaupun itu bukan dari nilai jujur. Semakin menjadi saja, Mimin melihat Lala semakin menjadi terlebih lagi saat UN karena Mimin tahu ia salah satu peserta yang tak Jujur. Lala menutup telinganya pada saat itu.

6 bulan yang lalu, Lala pernah ngomong kalau ia pun sedih. Bahkan ingin rasanya Lala menuliskan secarik kertas dan memberikan kesemua orang bahwa segala nilai yang didapatkan nya bukan dari kejujuran. Mendengar hal itu Mimin meneteskan air mata.

Sekarang patutkah kita menyalahkan satu pihak. Karena Mimin merasa semua bertanggung jawab. Tolong jangan ada yang disalahkan.

"Kebocoran memang bkn salah pelajar, tapi pelajar bisa memilih utk tdk menggunakan bocoran. Inilah ujian integritas sesungguhnya" kalimat ini mimin dapatkan dari salah satu akun twitter perguruan tinggi ternama di Indonesia. Setelah membaca twit ini, mimin pun membaca salah satu pendapat peserta UN "Ibaratnya ada soal ujian jatuh didepan mata pasti diambil" 

Mimin hanya ingin menyampaikan kisah ini.

Sudah banyak rasanya teori yang digembor-gemborkan tentang masalah kejujuran baik dalam segi agama, sosial dan lain sebagainya.

Silahkan para pembaca menafsirkan. Inilah yang terjadi. Mimin pun melihat. 

Jujur begitu asing dikala orang lain telah menawarkan si jujur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar